Senin, 31 Mei 2010


We speak in different voices when fighting with the one we’ve loved

We speak in different voices why can’t we say what we’re thinking of

Lengkingan suara tinggi dari Cove Reber, vokalis Saosin membahana di The Venue Concer Hall Eldorado yang terletak di dataran tinggi sebelah utara kota Bandung sore itu. Ya, di hari terakhir bulan Januari 2010 Bandung kedatangan Saosin, band post hardcore yang asal Newport Beach California USA. Saosin yang pada 2009 lalu merilis full album keduanya In Search of Solid Ground diboyong untuk ketiga kalinya ke Indonesia oleh promotor gaek Java Musikindo yang dikomandani oleh Adrie Subono ini sengaja memilih kota Bandung yang dinilai memiliki apresiasi tinggi terhadap jenis musik seperti yang diusung oleh Saosin.

Untuk menyaksikan konser ini para penonton harus merogoh koceknya seharga 195 ribu, harga yang cukup wajar untuk ukuran konser band dari luar negeri yang sedang naik daun. Konser Saosin yang dijadwalkan dimulai dari jam 3 sore ini mengakibatkan kemacetan yang cukup kurang ajar di daerah Setiabudi sampai ke venue Eldorado. Saat formagz tiba disana tampak pelataran venue Eldorado sudah dipenuhi oleh anak-anak muda yang sudah tidak sabar menantikan aksi dari Cove Reber, Beau Burchel, Justin Shekoski, Chris Sorensen dan Alex Rodriguez. Saat jam menunjukkan hampir pukul 5 sore akhirnya dari atas panggung naik satu persatu para personil dari Saosin yang langsung menggebrak dengan lagu I Keep My Secret Safe yang diambil dari album In Search of Solid Ground yang diteruskan ke lagu berikutnya Nothing Is What It Seems. “Terima Kasih, we love to come here and meet you all” kata Cove yang tampil dengan rambut dreadlock sore itu. Sekitar 3000 penonton yang hadir menyambut dengan tepuk tangan meriah yang mengantarkan ke lagu-lagu berikutnya seperti Collapse, Changing, On My Own, Deep Down dll. Sayang banyak dari lagu Saosin sore itu yang diambil dari album In Search of Solid Ground seperti kurang akrab di telinga para penonton yang membuat penonton hanya melompat-lompat mengikuti beat-beat kencang yang didominasi oleh gebukan sang drummer yang juga menyita banyak perhatian penonton karena permainannya. Beruntung Saosin membawakan lagu-lagu hits mereka seperti Voices, You’re Not Alone, dan Seven Years yang berhasil “menolong” penampilan mereka di hadapan publik Bandung. Tampaknya “Seven Years” lah yang benar-benar menyelamatkan Saosin sore itu, berkat lagu yang diambil dari EP pertama mereka Translating The Name penonton mulai terbakar dengan membuat circle pit yang sebenarnya sudah diminta oleh Shekoski sedari awal konser hanya saja penonton tidak bergeming saat itu.

Menjelang akhir konser Cove sempat berbicara panjang dari atas panggung tentang hak setiap orang untuk bermimpi dan meraihnya, dia juga mengatakan sebelumnya tidak pernah terbayang berada disini bergabung dengan band idolanya. Ya, seperti yang kita ketahui sebelumnya Cove adalah vokalis yang menggantikan posisi Anthony Green (sekarang Circa Curvive), pada waktu itu Cove adalah salah satu fans Saosin yang mengikuti audisi vokalis untuk mengisi posisi Green. Pidatonya dari atas panggung menjadi pengiring untuk lagu bertempo medium berjudul Fireflies yang dibuat encore panjang sebelum Saosin meninggalkan panggung. Namun nampaknya penonton tidak rela Saosin pergi begitu saja meninggalkan mereka, maka teriakan kompak “We want more, we want more…” pun terdengar berulang-ulang dan membuat Saosin kembali lagi ke panggung dengan membawakan lagu berjudul They Perche on Their Stilts, Pointing, and Daring Me to Break Custom yang diambil dari EP Translating The Name. Sangat disayangkan ending ini terasa menjadi antiklimaks karena lagu ini kurang familiar dan bertempo kurang cepat. Walaupun di lagu ini Shekoski sempat mempertunjukkan aksi memutar gitar tapi tetap saja ending konser ini terasa antiklimaks. Padahal penonton lebih berharap Saosin membawakan Bury Your Head yang memiliki tempo lebih kencang dan tentunya lebih familiar. Tetapi walaupun terasa antiklimaks penonton tampak tetap puas dengan penampilan sangar dari anak-anak Saosin. Yeah! (by Mahardhika Utama)



Selasa, 22 Juli 2008

Saosin, Tennis Indoor Senayan, 20.05.2007

Beberapa waktu yang lalu Jakarta kedatangan band bergenre Emo yang cukup dikenal di Indonesia, Jakarta khususnya, bernama SAOSIN. Walaupun pada saat itu hanya mempunyai satu album dengan label indie, nama Saosin memang sudah terkenal sebelum mereka merilis album kedua mereka di bawah naungan major label mereka. Terhitung hampir sekitar 2 juta orang telah mendownload single-single yg mereka rilis lewat website MySpace sebelum mereka bergabung dalam major label.
Amazing!!! Mungkin hampir semua pengunjung Tennis Indoor Senayan yang memang menjadi venue konser ini setuju dgn kata-kata itu pada saat SAOSIN di atas panggung. Nampaknya memang banyak hal-hal mengejutkan yang menyangkut kedatangang Saosin di Jakarta. Dimulai dari penjualan tiket yg tidak terduga. (sekitar 3700 tiket sold out) dan seminggu sebelum SAOSIN tiba di Jakarta tiket telah terjual 60%(menurut penyelenggara). Sungguh penjualan yg fantastis dalam sejarah penyelenggaraan konser-konser JAVA. Bahkan Adrie Subono pun sama sekali tidak pernah memperkirakan bakal seantusias itu respon para remaja terutama terhadap SAOSIN, di mana Saosin baru meluncurkan satu album Major, yang memang di rilis secara resmi di Indonesia.

Kembali ke kata "Amazing". Konser dengan tiket yg tidak terlalu mahal namun terbayar lunas dengan penampilan Saosin yg sungguh lebih dari memuaskan pada malam itu. Dibuka dengan penampilan salah satu band rock indonesia "Saint Loco",yang memanaskan suasana penonton konser itu. Penampilan Saint Loco yang cukup atraktif didukung dengan kualitas sound sempurna mampu memanaskan emosi para anak muda yg sudah lama menunggu kehadiran Saosin di atas panggung.

Akhirnya tibalah saatnya band yg ditunggu-tunggu hadir ke atas panggung. Para penonton yang telah menghabiskan uang sebesar 275000 rupiah untuk berdiri di areal festival dengan sergap merapat ke bibir panggung untuk dapat melihat band kegemaran mereka dari dekat. sao2Para personil Saosin sendiri saat itu tampil dengan kaos hitam-hitam di padu dengan skinny jeans (kecuali Cove yang bercelana pendek jeans ketat). Penonton yang sejak tadi sabar menunggu langsung panas seketika sesaat Saosin memulai menghentak jakarta dengan lagu "Its Far better to Learn". Moshing pun mulai terjadi di dalam moshing pit. Hingga lagu kelima masih terlihat ada satu dua orang yg sedang body surfing di atas kepulan para anak muda. Pada lagu keenam "I Can Tell" akan dinyanyikan, Cove(vokalis Saosin) bertanya dulu kepada para penonton. "Apakah kamu ingat dengan lagu I Can Tell?? apakah akan ada yang bernyanyi bersama saya jika kita membawakan lagu itu?" , lalu para penonton pun langsung bersorak mengiyakan.

Sikap friendly Cove sempat beberapa kali diperlihatkan di atas panggung. Sering bercanda, gembira,dan bertingkah aneh. Cukup interaktif! bahkan pada saat pertengahan konser , setelah lagu "They Perch on Their Stilts" mereka pura-pura pamit dan pergi ke belakang panggung. Seperti biasa, memancing emosi penonton yang mulai berteriak-teriak "We Want More!!!" berulang kali. Dan akhirnya mereka kembali lagi dengan wajah tertawa-tawa.Cove datang dengan mengenakan kain sorban yang biasanya digunakan para Haji yang dililit sekitar lehernya sambil berkata,"Tenang,kami tidak mungkin meninggalkan kalian secepat itu.. sangat berat rasanya." Pada pertengahan konser pula tiba-tiba para penonton mulai berteriak meminta mereka menyanyikan lagu Hits mereka "Seven Years". Namun intro gitar mulai terdengar,tapi bukan intro gitar lagu tsb. Lalu diiringi Teriakan Cove yang mengajak penonton mengikuti teriakannya."oooo...oooo.." dengan serentak semua penonton mengikutinya. Hingga musik berhenti dan tiba-tiba Cove memberi kode dengan mengangkat tujuh jarinya yang berarti lagu "Seven Years".

Seketika penonton langsung bersorak meriah sekali. Dengan cepat seisi Tennis Indoor Senayan sing along dengan sangat lantang. Bahkan di salah satu forum sang gitaris (Beau) mengatakan bahwa dia sempat hampir tak mendengar apa-apa (Tuli) karena suara gemuruh yang dikeluarkan seluruh penonton yang sangat semangat menyanyikan lagu mereka hingga menggelegar.Tiga lagu paling hits mereka sukses dibawakan dengan sempurna. Dan selalu membuat Tennis Indoor seakan-akan bergetar, yang disebabkan koor serentak seluruh penonton yang sangat menggemari lagu mereka.

Dibalik aksi kocak Cove, sang gitaris Saosin pun tak kalah mempesona dengan melakukan 5 kali Flip gitar yang dia lakukan di dua lagu yang mereka bawakan. Sungguh menakjubkan!,Pertunjukan yang menurut saya benar-benar menghibur para penggila band ini. Terutama saat masuk interlude lagu "They perch on their Stilts", secara tiba-tiba sang gitaris (justin shekovski) melakukan lagi flip guitar 5x360'.Dan dengan serentak seluruh penonton langsung bertepuk tangan dan bersorak gemuruh.
Dan juga beberapa aksi gila sang drummer(Alex Rodriguez) yang terlihat sangat piawai dan sangat cepat memainkan setiap lagu mereka dengan beberapa improvisasi juga sangat mencuri perhatian penonton.

Akhirnya konser diakhiri dengan nyanyian cove yang hanya diiringi piano pada bagian akhir lagu "Some Sense of Security".Para penonton yang sedari tadi berteriak dan bernyanyi bersama dengan semangatnya mulai terlihat lelah dengan raut wajah yg sangat puas. Ya, penampilan Saosin kali itu memang sungguh sangat memuaskan.Dua jempol kami berikan untuk penyelenggaraan konser Saosin kali ini. Sangat tertib, aman,dan menghibur.

Closing konser ini juga sangat unik. Mereka mengakhiri konser dengan berfoto-foto dengan background seluruh penonton venue. Dan juga Cove kembali bertingkah kocak. Kali ini dia sibuk mencari barang-barang yang bisa dibagikan ke penonton.mulai dari pick, stik drum, air mineral, hingga dia sempat membuat kapal-kapalan dari kertas yang dia temukan di atas panggung dan meluncurkannya ke arah penonton. Dan penonton dengan senangnya menunggu di bibir panggung hingga Cove benar-benar meninggalkan panggung mengikuti para personil lain yang udah sejak tadi turun ke backstage.

Sekarang kita tunggu saja kehadiran mereka kembali untuk menepati janjinya untuk datang kembali ke indonesia! Terimakasih Saosin! Kami akan dengan senang hati menyambut anda kembali dengan sambutan yang luar biasa!

Minggu, 30 Mei 2010


KOMPAS.com — Kisah cinta juara dunia Formula 1, Jenson Button, dengan wanita cantik asal Jepang, Jessica Michibata, berakhir. Pebalap berusia 25 tahun asal Inggris ini memutuskan jalinan asmara yang sudah mereka rajut selama 18 bulan karena tak mampu membina hubungan jarak jauh dengan sang kekasih.

Button dan Michibata, model pakaian dalam, mengakhiri hubungan setelah GP Monaco, 16 Mei lalu. Meskipun terkesan mendadak, tidak ada pihak lain yang mengakibatkan kedua selebriti ini memutuskan untuk berpisah.

Kabar ini tentu saja cukup mengejutkan karena Button dan Michibata termasuk pasangan yang paling mesra. Bagaimana tidak, Michibata hampir selalu menemani Button pada setiap penampilan sepanjang musim ini, termasuk ikut merayakan kemenangan pebalap berusia 30 tahun itu di GP Australia dan China.

Bahkan di Monaco, Michibata juga menjadi saksi kegagalan Button. Di sinilah Button kehilangan posisinya untuk terus berada di pimpinan klasemen sementara, disalib oleh duet Red Bull Racing, Mark Webber dan Sebastian Vettel. Rupanya, Monaco menjadi saksi terakhir kemesraan Button dan Michibata.

"Saya bisa mengonfirmasi bahwa Jenson dan Jessica sudah pisah," ungkap juru bicara Button kepada MailOnline.

Sumber lain mengatakan kepada The Sun, "Jenson memiliki banyak waktu bersama Jessica dan hubungan mereka terlihat berada di jalur yang benar. Tapi, kenyataannya tidak demikian."

"Sekitar satu minggu lalu, Jenson dengan tegas mengatakan bahwa balapan menjadi fokus utama. Tidak ada orang lain yang menjadi penyebab," tambahnya.

Saat ini Michibata menetap di Tokyo, sementara Button sibuk keliling dunia untuk mengikuti balapan. Sekarang, juara dunia 2009 tersebut sedang berada di Turki untuk berada kecepatan "jet darat" di Sirkuit Istanbul, Minggu (30/5/2010).

Putusnya jalinan kasih ini semakin melengkapi predikat Button sebagai playboy, yang selalu memacari wanita-wanita cantik, termasuk model seksi Kimberley Keay. Kehidupan cintanya ternyata tidak sebagus kiprahnya di atas lintasan balap F1.

Ya, sebelum berpacaran dengan Michibata, Button sempat membina hubungan dengan Louise Griffiths. Namun, pada Mei 2005, tepatnya tiga bulan sebelum mewujudkan rencana pernikahan mereka, dia mencampakkan mantan kontestan Fame Academy itu tanpa sebab yang pasti. Setelah itu, pada tahun 2008, Button mengonfirmasi bahwa dia telah mengakhiri hubungan selama dua tahun dengan model Florence Brudenell-Bruce.

Nah, setelah hubungannya dengan Michibata ini berakhir, apa langkah Button selanjutnya dalam urusan cinta? Kita tunggu saja.
ARIZONA, KOMPAS.com Kemenangan 111-103 LA Lakers atas Phoenix Suns dalam partai keenam final wilayah timur kompetisi NBA yang berlangsung hari Minggu (30/5/2010) pagi WIB ini mengantarkan tim asuhan Phil Jackson tersebut ke partai puncak.

Boston Celtics, yang telah 11 kali bertemu dengan Lakers pada partai puncak, kembali akan menjadi lawan tim "kuning-ungu" dalam pertandingan yang akan mulai digelar pada Jumat (4/6/2010) WIB. Dalam partai final antarkedua klub tahun 2008, Celtics berhasil menaklukkan Lakers dan keluar sebagai juara NBA.

Strategi pertahanan rapat yang dipakai Boston berhasil melumpuhkan aksi bintang Lakers, Kobe Bryant. Alhasil, Kobe yang kala itu telah memegang gelar Most Valueable Player tak mampu berbuat banyak dan harus mengakui keunggulan Celtics. Tahun ini, akankah tragedi itu terulang atau Lakers mampu membayarkan dendam mereka?

"Kita akan lihat nanti. Akan kami buktikan betapa kami telah menjadi tim yang mature saat ini. Mereka memang pernah menggagalkan kami pada partai final dua tahun silam. Namun, tahun ini adalah saat bagi mereka untuk menyaksikan betapa Lakers sudah menjadi tim yang jauh lebih berkembang," ujar Kobe seusai membungkam perlawanan Suns di Arizona.

Jika berhasil lolos dari cengkraman Celtics, maka Lakers akan kembali mempertahankan gelar yang digondolnya sejak tahun lalu, sekaligus gelar ke-16 bagi Lakers dalam sejarah NBA. "Pengalaman kekalahan di kandang sendiri tak akan pernah bisa kami lupakan. Tahun ini kami mendapat keuntungan sebagai tuan rumah pada partai pertama. Kami akan bertarung dengan semangat besar," kata Phil Jackson.

Kamis, 27 Mei 2010

how 2 playing drum like travis barker??


drummer

CALIFORNIA, KOMPAS.com Kabar duka menghampiri grup band Avenged Sevenfold setelah penggebuk drumnya, James Owen Sullivan a.k.a "The Rev", meninggal dunia di usia 28 tahun pada Senin (28/12/2009) waktu setempat.



John Domingo, petugas kepolisian Huntington Beach mengatakan, The Rev meninggal di kediamannya di kawasan California selatan.

Sejauh ini, polisi belum menemukan hal-hal yang tak wajar atas penyebab kematiannya. Meski demikian, pihak terkait masih meneliti penyebab kematian The Rev secara pasti.

Kepergiannya yang tiba-tiba jelas membuat sejumlah rekan dan penggemar terkejut. Pihak manajemen grup band Avenged Sevenfold mengumumkan kabar tersebut melalui situs mereka. "Ini kabar yang sangat menyedihkan dan berat untuk disampaikan bahwa hari ini Jimmy "The Rev" Sullivan telah tiada," tulis manajemen Avenged Sevenfold dalam pernyataan resminya.

"Jimmy tak hanya merupakan salah satu penggebuk drum terbaik di dunia. Lebih dari itu, dia adalah sahabat dan saudara terbaik," tulisnya lagi.

Semasa kariernya bersama Avenged Sevenfold, "The Rev" pernah memberi kontribusi dalam penggarapan single "A Little Piece of Heaven." Selain menjadi pemain drum, ia juga penyanyi latar di grup bentukan tahun 1999 itu. Bahkan, pria yang dikenal badung selama remaja itu sempat menjadi penyanyi utama pada grup musik Pinkly Smooth.

Lahir pada tanggal 9 Februari 1981 sebagai anak tunggal, dia terkenal sebagai bocah nakal sehingga sering dikeluarkan dari sekolah. Kelakuannya saat remaja makin tak terkendali. The Rev sudah tujuh kali masuk penjara karena doyan berkelahi dan doyan mabuk-mabukan.

Namanya kemudian makin dikenal ketika ia bergabung dengan Avenged Sevenfold dan berhasil menuai sukses. Pada ajang MTV Video Music Awards 2006, grup ini berhasil meraih penghargaan untuk Best New Artist.

Di Tanah Air, grup ini punya banyak penggemar. Buktinya, sudah dua kali mereka manggung di Jakarta. Pada Oktober tahun lalu, Avenged Sevenfold tampil di Jakarta. The Rev turut serta dalam konser yang dihajat promotor Java Musikindo itu. (msnbc.com/EH)